Komidi Putar
Aku tengah berjalan santai ketika matahari senja memberi kesan pada langit menjelang malam. Di gang kecil yang bising, di depan warung penjual tuak aku mencari botol sisa minumku semalam. Sementara meja dan kursi yang tak teratur menjadi tempat duduk para pemabuk setiap malam hingga pagi buta. Tanpa sengaja kepalaku terbentur meja ketika menunduk—membuatku tersentak. Ketika aku bangkit sembari memegang bagian belakang kepalaku yang terasa nyeri, seseorang telah berada di hadapanku, dia si penjaga warung tuak ini. Si penjaga warung tuak bukanlah kawanku, namun kita saling akrab karena sekiranya dalam dua hari sekali aku datang ke sini. Dia menyapaku dengan wajah menyeringai, terlihat lingkaran hitam di sekitar matanya yang mengerikan, menandakan dia jarang tidur malam. “Apa yang kau cari?” “Minumanku semalam!” “Aku buanglah sudah.” Katanya. “Oalah, baik.” Jawabku. Kemudian aku melanjutkan berjalan dengan santai, ke arah alun-alun—aku baru mengingat malam ini adalah Sabtu malam...