Postingan

The Power of Pop Culture

Gambar
Beberapa waktu lalu terjadi peristiwa di Indonesia yang dapat diklasifikasikan sebagai fenomena sosial, ketika banyak individu secara masif, terutama kawula muda, melakukan aksi pengibaran bendera dengan berbagai simbol yang diadaptasi dari salah satu tayangan anime Jepang yang bertema tentang dunia bajak laut berjudul  One Piece . Fenomena ini bukan sekedar urusan selera hiburan, tetapi juga gambaran dari bagaimana simbol budaya populer mampu menjadi bahasa protes yang mudah dipahami lintas generasi. Di dalam anime tersebut terdapat istilah  Jolly Roger  yang merujuk sebutan terhadap bendera yang dikibarkan oleh kapal bajak laut. Pengibaran bendera ini ditengarai sebagai ekspresi kekecewaan terhadap jalannya sistem pemerintahan. Korupsi yang masih meluas, praktik jual beli jabatan, ketimpangan ekonomi, minimnya lapangan kerja, hingga perampasan ruang hidup dan kerusakan lingkungan menjadi latar yang mendorong simbol fiksi tersebut tampil di ruang publik. Meski sejak lama...

Pertautan Antara Papa dan Buendía

Gambar
Photo : netflix.com Terlambat 100 tahun bagi saya untuk membaca Seratus Tahun Kesunyian karya Gabriel García Márquez. Setelah beberapa bulan tertunda akibat reading slump , saya akhirnya menamatkannya. Karya ini membawa saya pada perjalanan panjang keluarga Buendía, yang melintasi waktu dari keturunan ke keturunan, masing-masing terjebak dalam kesialan yang tampak seperti kutukan garis keturunan. Namun, saya tak ingin berlarut menjelaskan pengalaman saya menelaah karya Gabo yang fenomenal itu, yang kini telah diadaptasi ke dalam bentuk series sinema di platform berbayar kapitalis. Saya bukan pembaca yang mendalami setiap detail karya sastra; saya lebih suka mengikuti alur dan mengamati bagaimana karakter menjalani peran mereka. Namun, kisah Buendía, terutama sosok José Arcadio Buendía, membuka mata saya untuk memahami Papa — sosok yang kini telah tiada — dan kesunyian yang ia tanggung, yang kini saya rasakan pula. Saya adalah orang biasa yang kadang ingin tampak berbeda, terutama dalam...

Pramoedya di Antara Kapital Simbolik dan Komidifikasi Budaya

Gambar
Photo by me Beberapa waktu lalu, saya tertarik pada sebuah buku yang dipromosikan di akun media sosial salah satu toko buku indie di Yogyakarta. Bertajuk Babad Blora & Tiga Cerita Legenda . Saya cukup terkesan, karena jarang menemukan karya berlatar daerah kelahiran saya , Blora, sebuah kabupaten di ujung timur Jawa Tengah. Dari postingan itu, saya langsung mengenali nama penyusunnya: Koesalah Toer dan Soesilo Toer. Tanpa perlu membaca caption secara saksama, saya sudah yakin buku itu diterbitkan oleh Pataba Press, usaha penerbitan milik Soesilo Toer, penulis sekaligus anak bungsu keluarga Pak Mastoer. Tajuk tersebut yang menyematkan istilah “Babad Blora” masih menjadi ketertarikan bagi saya yang cukup doyan sejarah Blora. Ketertarikan itu mendorong saya untuk segera memiliki bukunya. Meski mudah ditemukan di berbagai toko online, karena tak sabar, saya akhirnya membelinya langsung di toko buku terdekat beberapa hari kemudian. Begitu buku itu ada di tangan saya, saya langsung mempe...

Menjadi Khidir di Era Tansformasi

Gambar
Umat islam Indonesia tidak asing dengan nama ini, banyak dari mereka mendengarnya dari cerita atau dongeng yang dituturkan oleh para guru ngaji, bahwa ada seorang nabi yang tidak masuk dalam daftar nama 25 nabi yang wajib diketahui. Hanya sedikit riwayat yang mengisahkannya, itu pun setahu saya tidak disebutkan secara jelas bahwa ia seseorang yang bergelar nabi dan bernama Khidir. Kabarnya Khidir hanyalah julukan yang disematkan kepadanya karena ia berpakaian serba hijau. Dalam penggalan ayat dari suatu surat di kitab suci umat islam menyebutkan bahwa ia adalah hamba Tuhan yang bijaksana, tentang Musa yang berguru kepadanya, yang mendapati semacam perilaku absurd yang dilakukan oleh sang bijaksana itu namun kemudian mampu meluluhkan hati Musa. Menurut penuturan kisah lokal yang tidak dapat dipercayai kredibilitasnya, Khidir selalu mengembara sepanjang hidupnya dalam keabadian, konon ia telah meminum suatu air ajaib yang kemudian mengakibatkan ia tak bisa tua atau moksa seperti Isa. Kab...

Tanah, Hutan dan Kesenian : Sebuah Upaya Mengamati Barongan Blora Secara Wadak

Gambar
“Kebudayaan adalah hasil keseluruhan dayaupaya manusia secara sadar memenuhi, setinggi-tingginya kebutuhan hidup lahir dan batin, senantiasa maju dan tiada putus-putusnya.” –Mukaddimah LEKRA 1950 Dalam upaya menggali epistimologi tanah, banyak sumber yang dapat diperoleh, mulai dari yang merujuk pada Ilmu Hukum, Geografi, Teologi bahkan sampai dengan perspektif adat bercampur mitos yang tidak logis, yang kebanyakan memandang hubungan tanah dan manusia layaknya ibu yang menghidupi anak-anaknya. Memahami konsepsi tanah juga tidak sesederhana yang dapat dijelaskan sebagai media tumbuhnya tanaman atau sebagai laboratorium kimia. Lebih dari itu, dapat ditegaskan bahwa tanah tidak sekedar benda padat yang kerap dieksploitasi secara berlebih oleh klas penguasa modal. Tanah merupakan salah satu bagian dari basis ekonomi dalam perspektif Marx, berkaitan erat dengan konsep materialisme historis dan dialektis Karl Marx. Menurut Marx, basis ekonomi (termasuk tanah) menentukan struktur sosial dan...